Psikologi Uang dalam Konsep Pattumbu di Sinema Uang Panai 2

 


   Sinema Uang Panai 2 menghadirkan potret menarik tentang dinamika keuangan generasi muda, khususnya dalam konteks persiapan pernikahan. Menceritakan tentang dua sejoli yang telah berpacaran selama tujuh tahun tanpa diketahui oleh orang tuanya, dengan tujuan akan memberikan kejutan pada saat momentum keseriusan itu telah diusahakan dengan maksimal namun kecolongan dalam manajemen tata kelola keuangan. Dalam budaya suku Bugis, strata sosial dan prestise pada salah satu pihak keluarga akan menjadi tembok penghalang jika tidak ada keseriusan yang berarti, sehingga hanya dengan cinta tulus dan takdir Tuhanlah yang akan menghancurkan tembok itu. Konsep Pattumbu yang ditawarkan dalam film ini, merupakan sebuah perusahaan yang membantu mengatur keuangan calon pengantin pihak pria yang hendak ingin melamar calonnya seorang dokter, memberikan sudut pandang unik tentang psikologi uang yang mendasari perilaku finansial individu. Pattumbu disini diceritakan sebagai sebuah perusahaan konsultan keuangan yang merupakan akronim dari Perusahaan Anca, Tumming, Abu. Dalam bahasa Makassar Pattumbu memiliki akar kata dari ‘tumbu’ yang bisa diartikan sebagai tempa. Sehingga konsep Pattumbu disini mungkin dihadirkan sebagai inovasi untuk menempah mental keuangan pemuda yang semrawut, tanpa goals yang jelas.

Psikologi Uang dalam Konsep Pattumbu

   Anak-anak muda mungkin sudah tidak asing dengan istilah FOMO (Fear of Missing Out) dalam bahasa Makassar disebut (malla ta nipalece) atau dalam konteks ini berupa tekanan sosial untuk menggelar pernikahan mewah dan memberikan mahar yang besar sering kali mendorong individu untuk mengabaikan kondisi keuangan mereka. Entah itu berasal dari circle arisan ibu-ibu, mulut pedas tante-tante, atau standar berlebihan yang biasanya dipatok dari sosial media. Pattumbu disini hadir sebagai solusi yang menawarkan alternatif pengelolaan keuangan yang lebih bijak, namun tetap memenuhi ekspektasi sosial. Dalam hal ini kasus dari pihak pria yang memiliki kebiasaan konsumtif dan gaya hidup hedonis menjadi tantangan besar dalam pengelolaan keuangan seperti reparasi motor berlebihan, barang-barang branded yang ditumpuk menjadi momok penyebab keteteran finansial. Pattumbu mencoba mengubah pola pikir ini dengan mengajarkan pentingnya menabung untuk masa depan, bukan hanya memenuhi keinginan sesaat. Banyak orang menghindari perencanaan keuangan karena takut akan ketidakpastian masa depan. Pattumbu memberikan rasa aman dengan menawarkan panduan yang jelas dan terstruktur dalam mengelola keuangan (aversi resiko). Pattumbu berusaha meningkatkan rasa percaya diri individu (Self-Efficacy) dalam mengelola keuangan mereka sendiri. Dengan memberikan pengetahuan dan alat yang tepat, Pattumbu memberdayakan individu untuk mencapai tujuan finansial mereka. Yang dalam teori dissonansi kognitif Festinger menjelaskan bahwa individu cenderung mencari konsistensi antara sikap dan perilaku. Ketika ada ketidaksesuaian, individu akan berusaha mengurangi dissonansi tersebut, misalnya dengan mengubah sikap atau perilaku. Pattumbu dapat membantu individu mengurangi dissonansi kognitif antara keinginan untuk konsumtif dan kebutuhan untuk menabung.

Pattumbu sebagai Intervensi Psikologis

    Konsep Pattumbu dapat dianggap sebagai bentuk intervensi psikologis yang bertujuan mengubah perilaku finansial individu. Melalui pendekatan yang holistik, Pattumbu tidak hanya fokus pada aspek teknis pengelolaan keuangan, tetapi juga memperhatikan aspek psikologis yang mendasarinya. Beberapa aspek psikologis yang diintervensi oleh Pattumbu antara lain:

• Pendidikan Keuangan: Dengan memberikan edukasi tentang keuangan, Pattumbu membantu individu memahami konsep-konsep dasar keuangan dan mengambil keputusan finansial yang lebih cerdas.

• Perubahan Perilaku: Pattumbu mendorong individu untuk mengubah kebiasaan konsumtif dan mengembangkan kebiasaan menabung. Dalam hal ini Waktu adalah faktor penting dalam keuangan. Dalam buku Housel (psychology of money) menekankan pentingnya berpikir jangka panjang, bukan hanya fokus pada kepuasan sesaat.

• Motivasi: Pattumbu memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai tujuan finansial mereka.

• Dukungan Sosial: Pattumbu menyediakan komunitas yang mendukung bagi individu yang sedang berusaha mengubah perilaku finansial mereka.

Kesimpulan

Konsep Pattumbu dalam sinema Uang Panai 2 menyoroti pentingnya memahami psikologi uang dalam merancang intervensi keuangan yang efektif. Dengan menggabungkan aspek psikologis dan finansial, Pattumbu menawarkan solusi yang relevan bagi generasi muda yang menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan mereka.


Penulis: Fian Anawagis (Mahasiswa Psikologi UICI)