Inovasi Lokal Komoditas Semangka: Memodernisasi Pertanian dengan Sentuhan Petani Milenial

 

(Rumah Hijau P4S Borong Loe, Pattallassang)

      Di sekitar kaki Gunung Bollangi, sebuah perkampungan dekat dari lapangan golf dengan hamparan hijau jagung dan semangka terbentang luas di jalan Ir. Haeruddin Dusun Borong Loe Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Di balik kesegaran buahnya, tersimpan kisah inspiratif tentang bagaimana para petani lokal menggaungkan pengetahuan lokal yang diwujudkan dalam kearifan lokal (sibali-bali). dengan masuknya sentuhan modernisasi melalui Pelatihan Startup YESS Kementan. Pelatihan ini menjadi wadah bagi para petani dan calon petani semangka Pattallassang khususnya untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan mereka dalam bercocok tanam. Pendekatan yang digunakan memadukan pemahaman lokal dengan sistem pertanian berkelanjutan.

Memadukan Kearifan Lokal dan Teknologi Modern

      Sebelum mengikuti pelatihan, para petani Pattallassang sebenarnya telah memiliki pengetahuan dan teknik turun-temurun dalam menanam termasuk jenis tanaman semangka. Namun, keterbatasan akses informasi dan teknologi seringkali menghambat mereka untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen. Sebut saja Daeng Sila, beliau dengan semangat memberikan pemahaman bagaimana hubungan alam semesta dengan aktivitas manusia saling terkait satu sama lain. Daeng Sila memberikan pemahaman lokal dengan rangsangan spiritual sebelum melakukan penanaman “attimboko nai’ nu’matu-matu ri tau jaiya”. Daeng Sila menggambarkan tanaman seperti seorang anak yang harus dirawat sepenuh hati dan memahami apa yang dibutuhkan oleh tumbuhan tersebut.

      Pelatihan Startup YESS Kementan hadir untuk menjembatani kesenjangan ini. Para calon petani milenial diajarkan berbagai teknik modern, seperti penggunaan pupuk organik, sistem irigasi yang efisien, dan pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan. Namun, pelatihan ini tidak hanya berfokus pada transfer teknologi. Para petani juga didorong untuk tetap menjaga dan melestarikan kearifan lokal dalam bertani. Kearifan lokal ini, seperti pemilihan varietas semangka yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim Pattallassang, diintegrasikan dengan teknik modern untuk menghasilkan panen yang optimal.

Petani Milenial: Menjembatani Tradisi dan Inovasi

     Petani milenial menjadi kunci dalam pelatihan ini. Para fasilitator pelatihan memahami bahwa setiap komunitas memiliki sistem pengetahuan dan tradisi yang unik, dan penting untuk menghormati nilai-nilai budaya tersebut.

    Dengan memahami konteks budaya lokal, para fasilitator dapat merancang pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi para petani. Hal ini membantu para petani untuk lebih mudah menerima dan mengadopsi teknologi baru tanpa meninggalkan kearifan lokal mereka. Bapak Hasri Sonneng selaku Trainer dalam acara pelatihan ini menegaskan bahwa komunitas petani lokal perlu berkorporasi/asosiasi agar tidak mudah dimonopoli oleh tengkulak. Dengan begitu, ketahanan pangan dan kemakmuran rakyat dari pola petani kolonial ke petani milenial menjadi jembatan yang memuluskan visi itu. Tidak hanya itu, petani milenial juga dibekali pemahaman agar kedepannya, tidak terlalu bergantung pada pupuk kimia dan perlahan beralih ke pupuk organik. Tentunya bukan dalam waktu yang singkat, agar unsur hara tanah dapat kembali dengan normal menutrisi tanaman.

Kisah Sukses Petani Semangka Pattallassang

    Salah satu kisah sukses dari pelatihan yang kesekian kali ini adalah Daeng Muda, seorang petani semangka milenial di Pattallassang. Sebelum mengikuti pelatihan, Daeng Muda menghasilkan semangka tidak semaksimal sekarang per musim panennya. Namun, setelah mengikuti pelatihan, hasil panen Daeng Muda meningkat per musim panen.

   Daeng Muda tidak hanya meningkatkan hasil panennya, tetapi juga kualitas semangkanya. Semangka hasil panennya kini lebih manis, lebih besar, dan lebih tahan lama. Keberhasilan Daeng Muda menjadi inspirasi bagi para petani lain di Pattallassang untuk mengikuti pelatihan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Karena tidak harus kotor untuk menjadi petani!

Kesimpulan

   Inisiatif YESS di Pattallassang bagaikan oase di tengah hamparan sawah, menyegarkan semangat para petani dan mengantarkan mereka menuju masa depan yang lebih cerah. Kegigihan, keuletan, dan kearifan lokal mereka, dipadukan dengan sentuhan sains modern dan pendampingan yang tepat, menjadi formula jitu untuk memajukan pertanian Indonesia dan mewujudkan mimpi para petani untuk hidup sejahtera. Pelatihan Startup YESS Kementan di Pattallassang menunjukkan bahwa inovasi dalam pertanian tidak harus menggantikan kearifan lokal juga profesi Petani tidak selamanya kotor. Dengan memadukan pemahaman lokal dengan sistem pertanian modern, para petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen mereka sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya mereka. Pendekatan dan peningkatan kapasitas Petani Milenial dalam pelatihan ini menjadi contoh yang inspiratif tentang bagaimana ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat lokal dan mendorong pembangunan pedesaan yang berkelanjutan.*

Penulis: Fian Anawagis (Founder Agangta Sustain)

Editor: Nun Muthmainnah